Seorang Pemuda Tidak Sengaja Mengungkap Misteri yang Ada di Dunia Bawah Jepang: Yakuza Honor

Rp. 10.000
Rp. 100.000 -90%
Kuantitas

Di balik gemerlap lampu Tokyo, jauh dari hiruk-pikuk wisatawan dan pebisnis berdasi, ada dunia yang tak tampak namun mengatur banyak hal dari balik bayangan. Dunia itu sunyi, teratur, penuh aturan yang tak tertulis. Dunia yang hanya dikenal sebagai Yakuza. Dan seorang pemuda biasa—tanpa rencana, tanpa perlindungan—tanpa sengaja membuka tabir yang selama ini tersembunyi rapat.

Namanya Raka. Bukan siapa-siapa.

Raka hanyalah pemuda Indonesia yang merantau ke Jepang untuk kuliah sambil kerja paruh waktu. Sehari-harinya ia membantu di sebuah bar kecil di distrik Shinagawa—tempat yang tampak biasa, tapi sering jadi tempat persinggahan orang-orang yang "tidak biasa".

Suatu malam, ketika hujan turun deras dan pelanggan hanya segelintir, Raka diminta bosnya untuk membersihkan ruang belakang. Di sana, di antara tumpukan kardus dan botol sake lama, ia menemukan sesuatu yang tak seharusnya ada: sebuah amplop lusuh bertuliskan huruf kanji tua, dan di dalamnya—foto-foto, catatan, dan simbol yang tak dikenalnya.

Sebuah lambang—tiga garis menyilang membentuk mata tertutup—muncul di beberapa catatan.

Awalnya Raka mengira itu hanya sampah. Tapi keesokan harinya, bosnya menghilang. Tak ada kabar, tak ada penjelasan. Polisi tidak menanggapi laporan kehilangan dengan serius. Dan beberapa tamu misterius yang biasa datang ke bar mulai mencarinya—bukan dengan pertanyaan, tapi dengan tatapan dingin dan tekanan yang membuat dada sesak.

Raka panik. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takut.

Ia mulai menelusuri makna simbol itu. Bertanya ke seorang profesor sejarah Jepang, berdiskusi dengan seorang kolektor barang antik, bahkan mendatangi kuil tua yang disebut dalam salah satu catatan. Semakin dalam ia menyelidiki, semakin jelas bahwa yang ia temukan bukan hal sepele. Simbol itu adalah lambang dari sebuah kelompok rahasia dalam dunia Yakuza lama—kelompok yang dikenal dengan nama Shinmei no Retsu, atau Barisan Kehormatan Dewa.

Mereka bukan sekadar Yakuza. Mereka penjaga 'Kehormatan Tertua'.

Kelompok ini dipercaya menjaga warisan kode kehormatan kuno yang lebih tua dari hukum Yakuza modern—kode yang menjunjung janji, pengorbanan, dan balas budi di atas segalanya. Kelompok ini lenyap sejak akhir era Shōwa, dianggap mitos oleh banyak pihak. Tapi dokumen yang ditemukan Raka menunjukkan mereka masih aktif, dan lebih kuat dari yang bisa dibayangkan.

Yang lebih mengejutkan lagi—Raka sedang diawasi.

Beberapa kali ia merasa dibuntuti. Ponselnya mulai menampilkan pesan aneh—bukan ancaman, tapi peringatan halus. Seolah-olah seseorang dari dalam kelompok itu memperhatikan langkahnya, mengujinya, bahkan... membimbingnya.

Dalam diam, ia menerima "undangan"—sebuah kertas yang hanya bertuliskan satu tempat dan satu waktu. Dan rasa penasaran yang sudah tak bisa ditahan membuatnya datang.

Di sana, ia bertemu seorang pria tua dengan lengan penuh tato naga, mata tajam, dan suara serak:

"Kau menemukan sesuatu yang tidak boleh dilihat oleh orang luar. Tapi kau tidak membocorkannya. Itu... adalah bentuk hormat."

Raka tidak tahu harus menjawab apa. Tapi pria itu hanya tersenyum tipis dan berkata: "Yakuza bukan soal kekerasan. Itu hanya kulit. Di dalamnya, ada kehormatan yang diwariskan. Kau sudah mencicipinya. Sekarang kau punya dua pilihan: lupakan, atau lanjut dan tanggung akibatnya."

Raka memilih untuk tidak menjawab. Dan itu adalah jawabannya.

Sejak malam itu, hidupnya berubah. Ia tidak menjadi bagian dari Yakuza. Tapi ia mulai mengerti aturan dunia yang lebih tua dari hukum modern. Ia belajar bahwa kehormatan, dalam bentuknya yang paling murni, tidak butuh pengakuan. Hanya komitmen.

Ia tidak lagi bekerja di bar. Ia pindah kota, menetap di daerah pegunungan, bekerja sebagai penerjemah. Tapi ia tahu, dari waktu ke waktu, surat tanpa nama akan datang. Isinya bisa berupa puisi pendek, potongan cerita, atau sekadar lambang tiga garis menyilang membentuk mata tertutup.

Itu bukan ancaman. Itu adalah pengingat.

Bahwa ia pernah menyentuh rahasia dunia bawah Jepang. Bahwa ia pernah berdiri di hadapan kehormatan lama yang tak bisa dibeli, tak bisa dipalsukan.

Itu bukan cerita tentang kejahatan. Tapi tentang pilihan untuk menghormati sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.

Itulah Yakuza Honor. Dan Raka—pemuda biasa dari Medan—adalah satu dari sedikit orang luar yang pernah melihatnya langsung, lalu memilih untuk tidak berkata apa-apa.

@388SPORT